Ganbatte kudasai,,!!

Ganbatte kudasai,,!!
Belajar,,Belajar,,

Ahlan Wasahlan..


“Ambillah hikmah dari siapa saja, sebab hikmah itu kadang-kadang diucapkan oleh seseorang yang bukan ahli hikmah. Bukankah ada lemparan yang mengenai sasaran tanpa disengaja?” (HR. Al-Askari dari Anas ra dalam kitab Kashful Khafa’ Jilid II, h.62)

Minggu, 29 April 2012

KAFARAT BAGI YANG MELANGGAR SUMPAH

"Artinya : Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang disengaja, maka kaffarat (melanggar) sumpah itu, ialah memberi makan sepuluh orang miskin, yaitu dari makanan yang biasa kamu berikan kepada keluargamu, atau memberi pakaian kepada mereka atau memerdekakan seorang budak. Barangsiapa tidak sanggup melakukan demikian, maka kaffaratnya puasa selama tiga hari. Yang demikian itu adalah kaffarat sumpah-sumpahmu bila kamu bersumpah (dan kamu langgar). Dan jagalah sumpahmu". [Al-Ma'idah : 89]

BERBURU APEL EMAS

"Bagaimana Bu rasanya masuk kelas?" Tanya Bu Win
itu adalah pertanyaan pertama yang terlontar dari Bu Win ketika saya selesai masuk pertemuan pertama di kelas VII Putera.
"Haduuh..anak-anak nakal sekali," kata beliau sambil menggelengkan kepala.
"Kemarin ada guru yang sampai menangis gara-gara mereka." lanjut beliau
"Mereka itu ada yang bekas Anjal"
"Oo...begitu ya" jawab saya sambil manggut-manggut 
Saya hanya bisa tersenyum menanggapi pertanyaan beliau dan agak kaget mendengar kalau mereka "nakal". Perasaan, mereka ya biasa-biasa saja seperti kelas pada umumnya. Kalau mereka banyak celometan saya pikir itu masalah yang umum dan saya sudah menter /kebal dengan kelas yang seperti itu.


Takdir membawa saya untuk turut berpartisipasi mengajar di sekolah baru yang didirikan di pesantren saya dahulu. Kebetulan, guru IPA yang sudah ada harus cuti karena hamil tua, jadilah saya yang menggantikan beliau sekaligus nantinya mengajar IPA kelas VIII. Yeah, mau tidak mau saya harus riwa-riwi ke sekolah saya yang satunya dan ke sekolah ini. Alhamdulillah...ada rasa syukur ketika saya bisa turut merasakan sekolah yang benar-benar masih baru karena saya bisa belajar bagaimana mengelola sekolah supaya bisa tetap survive.






Saya memulai pelajaran dengan membawa tumpukan 
gambar apel berwarna warni, ada merah, biru, hijau, dan hitam. Lalu saya selipkan sebuah gambar apel yang spesial, yaitu apel emas. Berkali-kali saya tunjukkan gambar apel emas tersebut kepada siswa.

“Semua apel yang berwarna warni itu jumlahnya banyak, tapi ada yang spesial hanya satu apel, yaitu apel emas.”

Setelah itu saya minta semua siswa maju ke depan kelas kemudian membuat lingkaran. Saya meminta tiga orang siswa untuk membawa tumpukan gambar apel tersebut. Dengan aba-aba dari saya kami berempat melempar gambar-gambar tersebut ke udara.

“Dengan hitungan ke tiga, hanya 15 detik, kalian harus ambil sebanyak-banyaknya gambar apel tersebut. Satu .. dua ..tiga ....” instruksi saya.

Dan mereka semua berebut untuk memungut apel sebanyak-banyaknya. Pasti yang mereka buru adalah apel emas. Ada yang terjatuh, ada yang hanya dapat sedikit, sebab badannya kecil, terpelanting oleh teman-temannya yang berbadan besar.
Setelah mereka berebut berjuang mendapatkan gambar apel tersebut, saya minta untuk kembali ke kelas. Saya minta mereka menghitung jumlah apel yang berhasil didapat. Ada yang mendapat hanya 3 apel, ada yang 18 apel, bahkan ada yang tidak dapat sama sekali. Siapa yang mendapat apel terbanyak? Muzammil mengangkat tangan dan teman-temannya memberi tepuk tangan. Siapa yang mendapat apel emas? Umar Faruk mengangkat tangannya dengan wajah berbinar dan kelas pun riuh dengan tepuk tangan.

“Sekarang kalian punya waktu 3 menit untuk saling berbagi apel-apel itu. Memang sih kalian tadi mendapatkannya dengan susah payah. Terserah kalian mau memberi atau tidak. Jadi yang mendapat sedikit, karena usahanya hanya sedikit, silahkan meminta apel lain dari teman-temannya yang mendapat banyak apel,” saya memberi instruksi.

Spontan kelas menjadi riuh. Ada yang dengan rela membagi. Namun ada yang mempertahankan.
“Aku tadi sampai terjatuh lho, jadi aku gak akan berikan satupun apelku.”
“Okey aku beri tapi yang warna hitam saja ya. Aku tidak suka warna hitam.”
"Hey, tukar warna emas, ya! nanti saya ganti dengan semua apelku!"
"Enak,aja. Aku nggak akan mengganti apel emasku!

macam-macam yang dilakukan mereka.













Setelah acara minta dan bagi selesai. Saya minta mereka 
menghitung perolehan nilai atas masing-masing usahanya. Nilai masing-masing apel saya catat di papan tulis dan semua siswa langsung menghitungnya.

Nilai apel berwarna merah = 10, hijau = 20,  biru =30, hitam = 50. Wow ... mereka bersorak saat menghitung. Ada yang gembira ada yang sedih, sebab melepaskan apel hitam. Ternyata warna hitam mempunyai nilai tinggi. Lalu saya lanjutkan dengan pertanyaan.
“Siapa yang memegang apel terbanyak?” Ada  1 siswa yang 
angka tangan, dia mendapat poin 320. 
“Siapa yang mendapat apel paling sedikit?” ada 2 anak angkat tangan.
“Tadi kamu mendapat berapa apel?”
“Sepuluh, sekarang hanya dua.”
“Kok bisa?”
“Ya saya gak tega teman-teman meminta kepada saya. Ketika satu apel saya berikan, yang lainnya juga meminta. Ya saya berikan saja. Apalagi ada teman yang hanya mendapat sedikit apel,” jawab mereka
Lalu saya berikan nilai.
“Yang memegang apel terbanyak, nilainya minus 500, sedangkan yang memegang apel paling sedikit, nilainya plus 500.”

Sekali lagi mereka berteriak, sama sekali tidak menyangka akan nilai-nilai yang saya sebutkan.

“Siapa yang memegang apel emas?” tanya saya.

Dengan wajah ceria Umar langsung angka tangan.
“Yang memegang apel emas, nilainya ..... minus 1000.”

Wow .. kelas jadi ramai sekali. Ada yang bertepuk tangan. Ada yang tertawa. Ada yang kaget, dan banyak pula yang terdiam karena bingung. Tentunya ada yang paling sedih yaitu Umar.  Akhirnya tercatatlah siapa saja siswa yang mendapatkan nilai tertinggi dan terendah.

Lalu saya mulai memberi ‘teaching point’ kepada semua siswa. Mereka antusias mendengarkan.

“Coba bayangkan jika sebelum saya sebarkan gambar apel berwarna warni tadi, saya munculkan nilai-nilainya terlebih dahulu. Apa yang terjadi? Tentunya kalian tidak akan berebut mendapatkannya. Dan tidak akan pernah mengambil apel emas. Benarkan? Tapi karena kalian silau dengan penampilan luar, dengan bentuk luar dari seseorang.  Lalu jika kalian tahu jika lebih banyak memberi itu nilainya tinggi, pasti kalian akan berikan semua apel tersebut. Tapi saya lihat tadi sampai ada yang merayu-rayu untuk meminta apel kepada teman-temannya. Jika kalian tahu meminta itu nilainya minus, pasti kalian tidak akan pernah meminta. Padahal kalian tahu, dalam Islam, kita dianjurkan untuk memberi sebanyak-banyaknya, bukan meminta sebanyak-banyaknya.”

"Bukankah tangan yang di atas itu lebih baik daripada tangan yang di bawah? Bukankah Allah menganjurkan kita untuk memberi dengan barang yang terbaik?" 
Saya melihat mulai ada raut kesadaran dan pemahaman dari permainan berburu apel emas tadi....

Setiap kita masuk kelas, berusaha kita jauhkan pikiran tentang mereka anak-anak nakal, mereka anak-anak yang susah di atur, mereka bekas anak jalanan, dan sebagainya. Ketika otak kita sudah ter mindset bahwa mereka adalah anak-anak yang nakal kita akan sulit untuk bisa masuk ke dunia mereka. Mereka juga manusia yang membutuhkan perhatian dan kasih sayang dari kita. Saya rasa ketika kita mengenal dan faham akan karakter dan latar belakang setiap anak kita akan mudah untuk masuk ke dunia mereka. Hal ini mungkin yang sering terlupa untuk dilakukan dan beranggapan itu adalah wilayah bimbingan konseling. Saya pikir semua pendidik wajib untuk bisa memahami setiap anak didiknya. Percayalah, itu menyenangkan....

#Terima kasih saya ucapkan untuk Pak Munif Chatib atas inspirasinya.. ^_^

Sabtu, 28 April 2012

SEMOGA MENJADI ANAK SHOLIH DAN MENSHOLIHKAN


Alhamdulillahirobbil'alamiin,,,,
Telah lahir dengan selamat, Putera Bang Gemboel Firman Hidayat dan Mbak Wiwik
Berat 4,4 kg (endhuuuttt,,,, pengen towel-towel)
Panjang 52 cm


Belum dikasih nama ne, ada yang mau urun rembug?

Kamis, 26 April 2012

Nggak Penting Banget (balada seorang saya yang nggak bisa mengendarai sepeda)

Ba'da Maghrib
percakapan antara saya dan ayah saya
saya : bi, anterno ke les-lesan Bi, wis telat (sambil pasang muka melas)
ayah : ayo tak terno, tapi mlaku yo
saya : huwaaaa...nyari yang cepet, kok malah jalan
ayah : lha iya, tak anter jalan tapi. Yo wis, ngangkot ae, tak wenehi dhuwit
saya : hea...jalan kaki 5 menit, malah ngangkot
ayah : yo wes..
saya : :((

Rabu, 25 April 2012

Ternyata Logo Kepala Bonek Asli Arek Ngalam Ker!



Salah satu pahlawan kemerdekaan yang cukup dikenal di Lamongan yakni Kadet Soewoko. Dia dikenal dengan kisah perjuangannya yang sangat heroik ketika menghadapi agresi Belanda ke-II pada 1949.
Soewoko sebenarnya bukan asli Lamongan, tetapi kelahiran Desa Lumbangsari Kecamatan Krebet Malang pada 1928. Setelah lulus sekolah kadet di Malang, dia kemudian ditugaskan menjadi komandan regu I seksi I kompi I pasukan tamtama Kdm (Kodim) Lamongan.
Dia meninggal pada 9 Maret 1949 dalam suatu pertempuran yang sengit melawan tentara Belanda di wilayah Desa Gumantuk Kecamatan Sekaran. Berarti dia meninggal pada usia yang baru 21 tahun dan belum menikah.
Berdasarkan catatan sejarah Kodim 0812 Lamongan, kisah nyata yang heroik perjuangan Kadet Soewoko tersebut terjadi pada hari Minggu, 9 Maret 1949 menjelang siang. Ketika sedang beristirahat di sebuah langgar di Desa/Kecamatan Laren, regu Kadet Soewoko mendapat laporan penduduk kalau ada truk tentara Belanda yang terperosok di parit wilayah Desa Parengan (dulu masuk Kecamatan Sekaran, sekarang masuk Kecamatan Maduran). Truk tersebut mengangkut 12 serdadu Belanda.
Saat itu anggota regu Soewoko berjumlah delapan orang, namun hanya memiliki 7 senjata api peninggalan Jepang. Mereka kemudian sepakat akan menyerang tentara Belanda tersebut. Satu anggotanya bernama Soemarto ditinggal karena jumlah senjata hanya tujuh.
Regu Soewoko kemudian naik perahu dan menyusuri tangkis Bengawan Solo sebelah utara menuju lokasi serdadu Belanda yang kemudian diketahui dari pasukan gajah merah. Para Belanda tersebut melepas bajunya dan hanya memakai halsduk (kacu leher) warna merah.
Regu Soewoko kemudian merayap melewati kebun bengkowang mendekati lokasi Belanda yang berada di tempat terbuka di tengah sawah tersebut. Mereka sepakat akan menyerang dengan tembakan salvo kalau sudah sampai jarak tembak yang tepat.
Begitu mendekati sasaran tembak, tiba-tiba datang truk power wagon berisi penuh serdadu Belanda untuk membantu truk yang terperosok parit itu. Sehingga kekuatan Belanda menjadi berlipat sekitar 37 orang.
Meski kekuatan lawan berlipat, ternyata regu Soewoko tidak nyiut nyalinya. Mereka tetap melakukan serangan gencar. Beberapa serdadu Belanda langsung terjungkal ditembak regu Soewoko.
Serdadu Belanda panik dan melakukan perlawanan memakai senjata yang lebih lengkap dan modern. Regu Soewoko menjadi terdesak. Mereka kemudian berencana mundur. Tetapi upaya tersebut tidak bisa dilakukan, karena diam-diam sebagian serdadu Belanda melakukan taktik penghadangan dengan bergerak memutar ke belakang regu Soewoko. Merasa terkepung, Soewoko memutuskan menerobos kepungan musuh meuju Desa Gumantuk Kecamatan Sekaran.
Dua orang anggota regu berhasil menerobos kepungan musuh, satu orang pura-pura mati dan nahas bagi Soewoko yang tertembak kedua bahunya dan tergeletak tidak mampu melakukan perlawanan.
Beberapa serdadu Belanda kemudian mendekati dan menanyakan namanya dengan bentakan. Soewoko pada saat itu mengaku bernama Soewignyo. Dia kemudian diajak ikut ke pos Belanda di Sukodadi tetapi tidak mau. Dia bahkan berkata ”Saya tidak mau menyerah, bunuh saya..!. Serdadu Belanda marah, kemudian menusuk dada kiri Soewoko dan ditembak pipinya sehingga langsung gugur. Dia bersama tiga anggota regunya yang lain yang gugur dalam pertempuran itu langsung dimakamkan oleh warga setempat di desa itu tanpa dimandikan karena dinilai mati syahid. Adegan heroik itu disaksikan anggota regunya yang pura-pura meninggal. Jenazah Kadet Soewoko bersama tiga temannya tersebut kemudian dipindah ke taman makam pahlawan Kusuma Bangsa Lamongan.
Kisah heroik Kadet Soewoko tersebut kemudian diabadikan dengan dibangunnya patung Kadet Soewoko pada 1975 dan kata-katanya terakhir juga dipahatkan di patung tersebut. Patung itu terletak di pintu masuk Kota Lamongan sebelah timur. Salah satu jalan protokol di Kota Lamongan juga diberi nama Jalan Soewoko. ”Empat anggota regu Kadet Soewoko yang yang masih hidup, kemudian bertugas ke luar Lamongan, ada yang di Bandung, Jakarta, dan Malang,” kata Pasi Teritorial Kodim 0812 Lamongan, Kapten Arh GN Putu Ardana.
Wajah Kadet Soewoko ternyata kemudian juga menjadi inspirasi logo group suporter Bonekmania Persebaya Surabaya dan LA Mania Persela Lamongan. Kalau Bonekmania memakai ikat kepala, sedangkan untuk LA Mania memakai blangkon. ”Logo Bonekmania dan LA Mania tersebut dibuat oleh warga Lamongan bernama Ridwan, warga keset dekat patung Kadet Soewoko. Gambarnya sebagai pemenang dalam lomba pembuatan logo bonekmania yang digelar Jawa Pos sekitar 1986, begitu pula dengan LA Mania. Dia membuat gambar logo tersebut memakai inspirasi wajah patung Kadet Soewoko tersebut,” ungkap ketua LA Mania, Ainy Hidayat.
Dayat menambahkan, dulu setiap tahun digelar napak tilas Jadet Soewoko setiap menjelang 17 Agustus, tetapi sayang, sejak 1992 kegiatan tersebut tidak pernah digelar lagi.
So masih pantaskah bonek terus menerus mencela leluhurnya!!!!!
Wes, itreng gak?
Ayas oleh teko kanyab sumber……..
Salam Satoe Jiwa


Aremania, Arti Sebuah Nama





Aremania
 “Arema are more than just a football club. They are a way of life. They are the St. Pauli of Indonesia. A culture with in a culture. Satu Jiwa, one heart or one soul”
 Sepenggal kalimat diatas ditulis oleh Anthony Sutton, seorang jurnalis ESPN setelah meliput pertandingan Persija Jakarta vs Arema Indonesia di Stadion Gelora Bung Karno pada Mei 2010. Membandingkan kota Malang dengan kota-kota lain yang ada di Indonesia, kota ini memiliki citarasa tersendiri bagi para penikmat sepakbola: tidak hanya permainan keras dan lugas, tetapi juga suguhan kreatifitas dari pendukungnya. Saat Arema bertanding, nuansa kota Malang berubah, seolah ada perayaan besar disana, sehingga dalam satu hari semua orang menggunakan atribut bernuansa biru-biru Arema. Walaupun laga baru dimulai pada sore hari, sejak pagi kesibukan akan persiapan menonton pertandingan Arema terlihat di berbagai sudut kota Malang.

Apabila anda berkeliling kota Malang pada pagi hari, anda akan melihat ada orang-orang yang memakai atribut biru khas Arema sedang mencari tiket, menjual tiket, mencari tumpangan, dan berbagai kegiatan lain yang berhubungan dengan pertandingan Arema di sore hari. Memasuki siang hari, nuansa biru Arema di kota Malang semakin terasa. Aremania mulai berdatangan dari berbagai penjuru kota Malang menuju Stadion Kanjuruhan yang terletak di sudut selatan Kabupaten Malang. Ada Aremania yang datang sendiri, ada yang bersama keluarga atau teman-teman, bahkan ada juga yang konvoi bersama sembari menabuh sner-drum dan bass-drum, sambil menyanyikan yel-yel dukungan terhadap Arema, dan mengibarkan bendera-bendera bergambar singa yang dibalut background warna biru-putih. Penulis masih ingat, kala Arema masih bertanding di Stadion Gajayana, untuk masuk ke dalam stadion haruslah sebelum jam dua siang, padahal pertandingan baru dimulai pukul empat sore. Bisa dipastikan sejak pukul dua siang stadion sudah hampir terisi penuh, sehingga agak sulit mencari tempat yang nyaman untuk menonton Arema.

Arema dan Aremania tidak hanya sekedar menjadi fanatisme terhadap klub sepakbola saja, tetapi juga terdapat identitas kebanggaan di dalamnya. Bagi orang Malang yang merantau, menyebut diri sebagaiarema atau arek Malang menjadi kebanggaan tersendiri. Kebanggaan menyebut diri sebagai arematidak hanya dialami oleh mereka yang menggemari sepakbola (khususnya suporter Arema Malang), tetapi juga dirasakan oleh mereka yang tidak suka sepakbola sekalipun. Uniknya, bagi mereka yang membuka usaha di berbagai bidang, juga menggunakan identitas arema sebagai identitas usahanya. Sehingga jangan heran apabila ada “Warung Makan Arema”, “Bakso Arema”, “Toko Mebel Arema”, “Kripik Singkong Arema”, dan lainnya.

Arema, Solusi Masalah Geng Pemuda
Sejak tahun 1970-an, geng-geng pemuda bermunculan di berbagai kota besar di Indonesia, tak terkecuali di Malang dan Surabaya. Kelompok geng pemuda di Jawa Timur terpusat pada dua kota yang selalu bersaing dalam segala hal: Malang dan Surabaya. Kera Ngalam tidak akan pernah mau mengalah dengan arek Suroboyo. Manifestasi dari persaingan ini diwujudkan dalam berbagai hal, terutama di bidang balapan, musik, dan tinju. Dalam pengakuannya, Lucky Acub Zaenal yang dulu dikenal sebagai atlet balap nasional mengaku tidak pernah mau kalah dari pembalap Surabaya. Begitu juga dalam bermusik, pernah suatu hari konser Slank di Stadion Tambaksari Surabaya berujung kerusuhan yang melibatkan arek Malang dengan arek Suroboyo. Setiap kali terdapat kerusuhan besar, baik di Malang maupun Surabaya, selalu saja melibatkan dua kelompok pemuda dari masing-masing kota.

Geng pemuda yang ada di Malang memiliki basis wilayah yang tersebar di berbagai sudut kota. Saat itu muncul nama-nama geng seperti Argom (Armada Gombal, asal Kidul Dalem), Fanhalen (Federasi Anak Nakal Halangan, asal Celaket), Saga (Sumbersari Anak Ganas, asal Sumbersari), Arpanja (Arek Panjaitan, asal Betek), dan lainnya. Arek-arek Malang ini tampil dengan mewakili asal wilayah dimana ia tinggal, sehingga loyalitas akan kelompok wilayah dan egoisme yang berbalut identitas wilayah masing-masing kerap menjadi pemicu tawuran antar kelompok pemuda di Malang. Area pertarungan pemuda pun menyebar di berbagai sudut kota Malang, beberapa yang tempat yang terkenal antara lain: Bioskop Jl. Kelud, Alun-alun Kota, Stadion Gajayana, dan Pujasera Pulosari.

Generasi muda di Malang saat itu kebanyakan pengangguran yang tidak memiliki penyaluran potensi dan energi berlebih. Banyak dari mereka hanya berkegiatan seperti mengamen, menjadi juru parkir, berdagang asongan, atau hanya sekedar cangkruk saja. Ketiadaan penyaluran energi serta keinginan untuk memperluas wilayah kekuasaan memicu pertarungan antar kelompok pemuda di Malang, serta pertarungan eksistensi & perebutan wilayah strategis seperti pada beberapa tempat yang sudah penulis sebut di atas. Kondisi inilah yang membuat Mayjend TNI (purn) H. Acub Zainal berkewajiban untuk mengelola dan mengembangkan potensi yang dimiliki arek Malang agar berproses ke arah yang positif dan mampu meningkatkan harkat dan martabat arek Malang.

Mayjend TNI (purn) H. Acub Zainal yang saat itu menjabat sebagai Danrem 084 Baladika Jaya Surabaya melihat sepakbola dapat menjadi solusi bagi masalah pemuda. Berbekal pengalaman beliau sebagai pengelola klub sepakbola NIAC Mitra dan pernah membina anak-anak muda Irian Jaya guna dikirim ke kompetisi sepakbola internasional di Bangkok, beliau menawarkan kepada putranya (Lucky Acub Zainal) untuk mendirikan klub sepakbola di Malang. Kebijakan PSSI pada tahun 1987 yang membuka keran pendirian klub sepakbola profesional untuk berlaga pada kompetisi Galatama (Liga Sepakbola Utama), serta animo masyarakat Malang yang cukup tinggi pada setiap pertandingan Persema menjadi alasan utama mengapa Arema didirikan. Selain itu, generasi muda arek Malang di mata H. Acub Zainal memiliki energi dan potensi yang cukup besar untuk dikembangkan, tetapi tidak memiliki wadah pemersatu, sehingga kerap terjadi tawuran antar geng pemuda di Malang.

Walaupun di Malang ada klub sepakbola Persema, tetapi klub ini tidak mampu mengakomodir potensi yang dimiliki arek Malang saat itu. Tetap saja pada beberapa pertandingan Persema di Stadion Gajayana terjadi kericuhan antar geng pemuda. Selain karena Persema adalah klub amatir yang dimiliki oleh Pemerintah Kota Malang, prestasi klub ini tidak pernah menonjol dalam kancah persepakbolaan nasional. Oleh karenanya banyak orang Malang yang menempuh perjalanan 3 jam ke Surabaya untuk menonton pertandingan NIAC Mitra dalam kompetisi Galatama. Sementara Persebaya yang bermain dalam kompetisi Perserikatan tetap menjadi musuh abadi arek Malang, sehingga tiap pertandingan Persema melawan Persebaya di Stadion Gajayana selalu dipenuhi penonton dan tak jarang terjadi kericuhan di dalam stadion.

Tanggal 11 Agustus 1987 klub sepakbola Arema resmi didirikan dan dipersiapkan untuk mengarungi kompetisi Galatama VIII / 1988. Peran militer dalam pembentukan tim sangat kuat, selain sumbangsih fisik berupa penyediaan asrama bagi pemain beserta fasilitas latihan di Kompleks TNI AU Abdulrachman Saleh, pihak TNI juga berperan dalam pelatihan dan seleksi pemain yang dilakukan dengan cara-cara militer. Guna menarik animo penonton dalam mengenalkan Arema, diundanglah tim elit Hallelujah FC asal Korea Selatan yang saat itu terkenal di wilayah Asia. Pertandingan yang dimenangkan oleh tim tamu dengan skor telak 1-5 itu mampu menarik perhatian warga Malang. Animo masyarakat terhadap Arema semakin tinggi, dan terus meningkat pada dua laga ujicoba berikutnya melawan Merpati Airlines FC dan Persema.

Arema dipilih menjadi nama resmi klub karena merupakan singkatan dari kata Arek Malang. Sudah menjadi hal yang umum bahwa nama klub saat itu bisa membedakan mana tim yang profesional dan mana yang amatir. Klub-klub sepakbola profesional yang berlaga pada kompetisi Galatama kebanyakan tidak menyebut daerah asal mereka, seperti: Pelita Jaya, Arseto, NIAC Mitra, Arema, Warna Agung, Perkesa 78, dan lainnya. Lima huruf A-R-E-M-A dipilih dengan tujuan menjadi simbol identitas pemuda (arek) yang berasal dari Malang, dengan kata lain Arema menjadi manifestasi bersatunya arek-arek Malang yang berasal dari berbagai kelompok pemuda.

Mengatasi masalah geng pemuda di Malang tidak cukup hanya dengan mendirikan Arema, tetapi setidaknya sejak tahun 1987 arek-arek Malang sudah memiliki wadah untuk menyalurkan energi dan potensi yang dimiliki. Apa yang dilakukan H. Acub Zainal dengan mendirikan Arema mampu melokalisir potensi-potensi kericuhan oleh arek Malang yang semula tersebar di berbagai wilayah Jawa Timur menjadi terpusat di Stadion Gajayana. Pemerintah beserta perangkat keamanan turut meredam masalah geng pemuda di Malang dengan berbagai cara seperti memunculkan Peraturan Daerah tentang peredaran minuman keras dan mengembangkan kebijakan tata wilayah kota. Bioskop Kelud yang kerap menjadi lokasi tawuran antar pemuda pun ditutup, fasilitas penerangan disana diperbanyak, dan dibangun pos polisi untuk menjaga keamanan. Begitu juga dengan Alun-alun Kota yang juga kerap menjadi ajang tawuran pemuda, penerangan dan fasilitas pariwisata dibangun disana, tidak lupa pos polisi di 2 sudut areal alun-alun.

Sentralisasi kegiatan arek-arek Malang di Stadion Gajayana membuat pendukung Arema saat itu memiliki kesan brutal. Yuli Sugianto yang kini menjadi dirigen Aremania menceritakan bahwa dirinya selalu membawa pedang ke stadion untuk jaga-jaga apabila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, dia mengatakan bahwa perlengkapan senjata tajam adalah hal yang umum dibawa ke dalam stadion saat itu. Suasana seperti itu membuat toko-toko dan rumah-rumah di sekitar Stadion Gajayana memilih tutup apabila Arema bertanding, geng pemuda kerap tawuran untuk memperebutkan eksistensi di dalam stadion atau sekedar membalas perlakuan kelompok lain di masa lalu. Bahkan kota Malang menjadi kota mati pada saat Arema bertanding, image buruk penonton sepakbola Arema cukup meresahkan warga Malang dan menggentarkan mereka untuk keluar rumah, apalagi bergerak ke arah stadion Gajayana.

Arema yang dikenal sebagai tim jago kandang di Galatama membuat stadion Gajayana terkesan angker bagi tim tamu yang akan melawan Arema. Raihan hasil positif Arema ketika bermain di kandang menarik animo masyarakat untuk menonton Arema. Hal ini membuat Lucky Acub Zainal berinisiatif untuk membentuk Arema Fans Club (AFC), sebuah wadah suporter yang dikelola oleh klub sepakbola Arema. Kehadiran Arema Fans Club rupanya kurang mendapat respon positif dari pendukung Arema, hal ini berujung pada pembubaran Arema Fans Club pada tahun 1994. Beberapa alasan yang mengemuka dalam pembubaran Arema Fans Club adalah masalah eksklusifitas organisasi dan tidak ada regenerasi. Arema Fans Club selama berdiri lebih banyak menjalin komunikasi dengan elemen suporter lain di luar kota. Kondisi ini tidak disukai oleh beberapa kelompok geng pemuda yang saat itu banyak menjadi pendukung Arema. Lagipula pengaruh pihak keamanan (kepolisian dan tentara) dalam Arema Fans Club sangat kental, sehingga menambah sikap antipati arek-arek Malang terhadap Arema Fans Club. Beberapa kelompok geng pemuda yang semula saling bertikai berkumpul untuk membahas penolakan terhadap Arema Fans Club. Penolakan geng-geng pemuda terhadap Arema Fans Club muncul karena keinginan untuk tidak disetir oleh Yayasan PS Arema (klub), apalagi saat itu ada isu bahwa Arema Fans Club ini memiliki “bau” aranet (tentara) dan silup (polisi), musuh utama geng-geng pemuda.

Medio 1994 Aremania muncul, belum jelas siapa dan darimana inisiator nama Aremania. Kata “Aremania” berasal dari “Arema” dan “Mania”, sebuah frase simbol fanatisme pendukung Arema. Suporter Arema yang pada dasarnya memiliki basis geng-geng pemuda dari berbagai wilayah kota Malang bersatu dalam satu identitas “Aremania” dan salam “satu jiwa”. Sikap independen Aremania terwujud pada tidak adanya pemimpin di dalam tubuh Aremania, pimpinan tertinggi adalah musyawarah mufakat dari korwil-korwil Aremania yang ada di Malang. Pembubaran Arema Fans Club sebagai instrumen suporter berbasis pada korwil tidak serta merta menghilangkan dukungan terhadap Arema. Sistem korwil (koordinator wilayah) menjadi peninggalan dari Arema Fans Club pasca pembubarannya, walaupun struktural di atas korwil secara resmi dihapuskan.

Berbagai korwil Aremania hadir di stadion membawa bendera dan desain pakaian sendiri-sendiri, dengan menitikberatkan pada warna biru, gambar singa, dan pernak-pernik lain yang membedakan dengan kelompok lain. Di dalam stadion setiap korwil Aremania memiliki wilayah sendiri-sendiri, korwil yang beranggotakan banyak orang jelas memiliki wilayah terluas di tribun stadion, sementara korwil-korwil kecil pada akhirnya masuk menjadi bagian di korwil besar tersebut. Adu kreatifitas menjadi pertarungan utama bagi kelompok-kelompok arek Malang di dalam stadion. Semula mereka saling beradu dalam bentuk desain bendera dan pakaian, selanjutnya setelah Juan Rodriguez “Pacho” Rubio bermain di Arema, persaingan mereka melebar dalam bentuk nyanyian dan tarian. Setiap korwil selalu berusaha untuk menyajikan sesuatu yang baru dan diterima oleh khalayak ramai penonton Arema. Oleh karenanya mereka berusaha mencipta yel-yel baru dan tarian-tarian baru untuk mendukung kesebelasan Arema.

Apa yang dilakukan kera-kera Ngalam ini berbuah positif. Termotivasi oleh keinginan untuk membedakan diri dengan karakter arek Suroboyo yang bondho nekat, Aremania berusaha melepaskan diri dari image brutal dan anarkis yang dulu pernah melekat erat. Kreatifitas dalam mendukung Arema di dalam stadion serta sikap santun kala melakoni tour ke luar kota berbuah apresiasi dari Agum Gumelar berupa penyerahan gelar The Best Supporter untuk pertama kalinya di Indonesia kepada Aremania pada tahun 2000. Apresiasi lain juga muncul dari luar kota Malang, banyak komunitas suporter lahir di kota-kota lain seperti The Jakmania di Jakarta, Slemania di Sleman, dan Pasoepati di Solo yang terinspirasi oleh Aremania. Pada akhirnya, sesuai dengan harapan pendirinya bahwa Arema akan mampu menjadi penyalur potensi yang dimiliki arek Malang telah terwujud. Ada rasa bangga yang lebih dari sekedar mendukung klub sepakbola, yakni tentang identitas diri dalam lima huruf A-R-E-M-A. Oleh karenanya, jangan heran apabila kata “saya orang Malang” atau “saya anak Malang” jarang terucap dari perantau asal Malang, tapi “saya Arema!”.
Salam Satoe Jiwa

alamat aseli

Selasa, 24 April 2012

Siapakah Orang yang Bangkrut itu?


Nabi Sholallahu 'alaihi Wassaallam bersabda, " Tahukah kamu siapa orang yang Muflis (Bangkrut) itu ? "
Sahabat  berkata, " Orang yang Muflis (Bangkrut) pada kami adalah orang yang tidak memiliki dirham dan tidak memiliki harta, seluruh miliknya dijual untuk membayar hutang tetapi masih saja belum lunas. "
Namun Nabi tidak membenarkannya, Nabi berkata lain, " Sesungguhnya orang muslim yang Muflis (Bangkrut) dari ummatku adalah orang yang datang dihari kiamat (saat hisab/ditanya dan mizan/dihitung amal) dengan membawa shalat (fardhu dan sunnah), umrah, haji, puasa (fardhu dan sunnah), zakat dan sedekah (serta amal baik lainnya), tetapi dia datang dengan benar-benar telah mencaci maki orang-orang ini, makan harta orang-orang ini, mengalirkan darah orang-orang ini, memukul orang-orang ini, memfitnah orang-orang ini, membicarakan kejelekan orang-orang ini, mengejek orang-orang ini, menganiaya orang-orang ini, berdusta kepada orang-orang ini, ingkar janji kepada orang-orang ini, berkhianat kepada orang-orang ini, mengambil milik orang-orang ini, memaksakan kehendak kepada orang-orang ini, serta tindakan dzalim lainnya lalu diberikan sebagian kebaikannya pada orang-orang ini dan kebaikannya kepada orang-orang itu serta kebaikannya kepada orang-orang yang lain lagi. Jika telah habis kebaikannya sebelum dibayarkan tanggungan yang ada padanya, maka diambilah kejahatan orang-orang yang pernah didosai orang itu dan dilemparkan diatas pundaknya, kemudian dilemparkanlah dia kedalam api neraka. " (HR. Muslim) 

Senin, 23 April 2012

Karena Mereka Menyentuh Kami dengan Hati

Waktu itu adalah masa-masa kami menikmati sekolah menengah atas (SMA). Sekolah saya mengadakan program mentoring, yaitu program halaqoh (duduk melingkar terdiri atas beberapa orang anak) yang diisi oleh LPPM (Lembaga Pembinaan Pelajar Muslim) Cendekia Batu.


LPPM CENDEKIA KOTA BATU


Awal perkenalan kami dengan kakak pembina yaitu ketika acara Out Bond Pengenalan Lingkungan Sekolah  Siswa baru, kemudian terus berlanjut, seminggu sekali pasti kita akan bertemu dengan kakak-kakak pembina LPPM Cendekia yang ramah dan baik hati itu.


Sejak pertama berjumpa saya sudah tibo tresno dengan mereka..hahahayy.. mereka memiliki visi misi yang sama dengan saya, selain itu karena bagi saya mereka begitu anggun dalam balutan jilbab dan sapaan ramah serta senyum mereka yang tak pernah lepas dari wajah mereka membuat saya cepat akrab dengan mereka. Setiap Sabtu mulai pukul 08.00 kita mulai agenda mentoring dengan tilawah alQuran dilanjutkan dengan kultum secara bergiliran dan selanjutnya yaitu materi inti. Diakhir mentoring ada sesi cerita-cerita tentang hal pribadi yang mau di share kandan  juga sesi kontrol amal yaumiyah (amal sehari-hari).


Memang jika dibandingkan dengan para ustadzah yang mengajar saya di pesantren, tentu pengetahuan agama mereka belum semumpuni para ustadzah saya. Namun, saya tidak melihat dari itu semua. Saya merasakan ada ketulusan yang terpancar dari hati mereka untuk selalu membina ruhiyah kami.


Disaat para orang tua kami mungkin sudah tak peduli dengan sholat anaknya, mereka selalu mengingatkan bahkan mencari solusi bersama bagaimana membangunkan salah seorang di antara kami yang sering bolong sholat subuhnya. Di saat para orang tua kami tidak mau direpotkan masalah tilawah, kami setiap pekan diberi target untuk membaca alQuran satu juz. Disaat orang tua kami tidak peduli dengan shoum sunnah, mereka selalu mengingatkan. Bagi saya semua itu sangatlah tidak memberatkan karena di pesantren saya sudah terbiasa dengan didikan seperti itu.


Banyak hal bermanfaat yang saya perolehselama saya dibina oleh LPPM Cendekia. Disitu Saya bisa belajar berbicara di depan teman-teman sendiri dalam kelompok. Selama ini saya orangnya pendiam dan enggan untuk berbicara di depan umum. Mulai dari kelompok kecil inilah saya belajar menjadi MC, belajar memberi kultum, dan sebagainya. Ternyata sekarang saya harus cerewet di depan kelas, ehehhhe...alhamdulillah saya merasa terbantu dari mentoring. Belajar untuk selalu dekat dengan Allah, belajar untuk selalu beramal sholih,  belajar selalu menghargai teman, belajar untuk bersikap lembut, belajar untuk saling berbagi ilmu pengetahuan, meski itu hanya sekedar resep masakan..dan banyak lagi.


Yang paling terasa hingga saat ini adalah kekuatan ukhuwah yang ada di antara kami. Kurasa itu alasan mengapa saya masih ta'liful quluub dengan mereka. Alhamdulillah selepas SMA, teman-teman saya satu halaqoh dulu  masih istiqomah untuk berkerudung, qiyamul lail, sholat dhuha, dan shoum sunnah. Sampai sekarang masih terasa jejak-jejak sentuhan kakak-kakak pembina kami. Semoga itu adalah bagian dari amalan sholih yang akan memberatkan timbangan di yaumil hisab nanti. Aamiin
***

Beberapa hari ini mungkin perhatian kita masih tersita dengan peristiwa kerusuhan yang dilakukan oleh geng motor di Jakarta, bahkan ada yang tewas akibat adanya kerusuhan itu. Saya bertanya-tanya apa latar belakang mereka membentuk geng motor- saya menyebutnya "garis kiri"- dan tentunya bagaimana memecahkan akar permasalahan itu. Menurut para pembaca, solusi apa yang dapat diberikan????

Rabu, 11 April 2012

Waktu Jam Istirahat


Senang sekali rasanya bisa ngobrol dengan teman yang ternyata memiliki karakter yang mirip, memiliki kebiasaan yang hampir sama, dan meimiliki hobby yang sama pula. 
Waktu itu sedang jam istirahat kedua, saya masih di dalam kelas tujuh untuk mencharger Laptop yang belum penuh. Anak-anak sudah keluar kelas semua jadi tinggal saya saja. Tiba-tiba ada teman saya masuk kelas, beliau guru bahasa Arab. Saya ngobrol sebentar dengan beliau, dan beliau menghampiri laptop saya dan membacanote saya - Mengelola Ketidaksempurnaan - yang kebetulan masih terbuka. Selanjutnya mengalirlah obrolan saya dengan beliau. Banyak sekali cerita yang di share, dan saya banyak mendapat ilmu dari ibu berputra 3 ini. Salah satunya note yang saya beri judul 
Yang Kita Butuhkan sebenarnya adalah Kaya Hati.

Ada beberapa point yang dapat saya ambil dari hasil obrolan saya dengan beliau.
1. Jangan pernah lelah untuk belajar . Belajar mengatur rumah tangga, belajar untuk mengenal karakter suami, belajar ilmu parenting, dan bla..bla..bla..
2. yang menarik dari beliau. Beliau ketika masih muda suka berorganisasi dan tidak suka dengan anak kecil. Sehingga ketika hamil anak pertama dia berusaha belajar ilmu parenting. Seminar demi seminar beliau ikuti, tak ketinggalan pula buku-buku parenting beliau baca. Beliau berbagi ilmu bagaimana cara berkomunikasi dengan anak yang baik, bagaimana cara menyuruh anak, dan bagaimana cara menghargai anak.
3. Yang menarik lagi, beliau selalu mencatat perkembangan ketiga anaknya sejak dalam kandungan. Jadi beliau punya diari khusus untuk ketiga anaknya. Kapan anaknya mulai bergerak dalam kandungan, kapan mulai bisa ngomong "aaa..", kapan mulai bisa berjalan semuanya ada di dalam diary itu. Beliau suka mengarsipkan setiap dokumen, misalnya id Card ikut seminar, id card ikut lomba, bahkan catatan bahan bangunan ketika membangun rumah pun ada. Bagi beliau setiap peristiwa memiliki nilai sejarah jadi beliau tidak mau menyia-nyikannya. Catatan diary setiap anaknya adalah salah satu bentuk ungkapan rasa kasih sayang beliau kepada putra-putranya. 
4. Beliau memiliki kebiasaan suka menulis sehingga seringkali bila ada unek-unek kepada suaminya dan tidak bisa dia ungkapkan secara langsung beliau tuliskan dalam suratnya. Hahahahaha... 

Itu sekelumit cerita siang saya...hahahayyy, mana cerita siangmu?!
kalau anda merasa terganggu dengan Tag note ini, monggo silakan di remove..

Yang Kita Butuhkan sebenarnya adalah Kaya Hati


"Ya, Allah, Ma, kalau bisa kayak gini setiap hari nikmat sekali hidup ini. Bisa kumpul bareng sama anak-anak, belajar membaca al-Quran bareng-bareng. Ini nikmat yang paling nikmat wes..." Kata sang suami selepas sholat maghrib. 
"Mama juga seneng ayah bisa kumpul keluarga hari ini" kata sang istri sambil tersenyum dan melanjutkan mengajari dua puteranya membaca al-Quran

Setiap hari sang suami yang berprofesi sebagai arsitek harus terjun ke lapangan untuk mengerjakan berbagai proyek. Rutinitasnya bangun pagi-pagi buta pulang malam bahkan hampir pagi sehingga sangat sedikit waktu untuk bisa bercengkrama dengan keluarga. 
Selang beberapa waktu kemudian telepon berdering ternyata telepon dari teman ayah.
Ayah : Assalamualaikum
Teman Ayah: Wa'alaikumussalam. Pak, jenengan sedang dimana?
Ayah : saya lagi di rumah, Pak
Teman ayah: heh? enaknya lagi di rumah. Suara siapa itu? suara anak-anak ya?
Ayah: Iya, suara anak-anak lagi ngaji.
Teman Ayah: subhanallah, enak bener! Saya lagi di kota X sedang ada bisnis. Aduh, Pak, westalah, nikmat yang paling nikmat itu bisa kumpul sama keluarga. Saya jarang bisa kumpul sama keluarga.

Lain cerita....
Ada pasangan suami istri yang berasal dari keluarga kaya raya. Mereka termasuk pengusaha rokok terbesar di Kota Malang. Namun jalan kehidupannya tidak semulus ketika mengumpulkan harta. Karena ada konflik dalam keluarga suami istri ini harus bercerai dan hak asuh anak jatuh ke istri. Jadilah si suami ini hidup sendiri. Selang beberapa waktu kemudian bapak ini memutuskan menikah dengan wanita cantik keturunan pedagang emas terbesar di kota XXX. Ternyata perjalanan rumah tangganya juga tidak berjalan mulus. Sang istri yang semula dikenalnya sebagai muslimah sholihah dan berjilbab pelan-pelan menunjukkan keasliannya. Memang benar, ketika keluar rumah, istrinya memakai jilbab dengan anggunnya, tak tahunya ketika sudah berkumpul dengan teman-temannya untuk shopping di mall istrinya memakai hotpants (bener g sih tulisannya gini?) dan tank top. Tak cukup sampai di situ, ternyata istrinya juga suka mabuk-mabukkan. Na'udzubillah min dzalik. Selain itu orang tua  istrinya juga berusaha memisahkan mereka karena bapak itu sudah tak sekaya dulu lagi. Bapak itu berjanji akan menceraikan istrinya jika dua anaknya menjadi hak asuhnya, namun sebenarnya dalam hati kecilnya dia masih berusaha mempertahankan rumah tangganya. Parahnya juga, sang istri lebih memilih menurut orang tua karena orang tuanya lebih kaya dari suaminya. Pupus sudah harapan bapak itu untuk membangun rumah tangga yang diidam-idamkan selama ini. Dia ingin sekali bisa bertemu dengan anak dari istri pertamanya namun dihalang-halangi oleh keluarganya dan sekarang dia harus bercerai lagi dengan istri keduanya. Lagi-lagi karena masalah harta!

Jika kita mau merenungkan, apakah sih kebahagiaan itu? Berharta banyak kah? memiliki perusahaan besar kah? atau memiliki kendaraan mewah kah?
Ternyata TIDAK. Kebahagiaan adalah ketika hati kita merasa tentram, nyaman, dan merasa cukup. Dari dua cerita itu sudah cukup menggambarkan bahwa setiap diri kita, menginginkan keluarga yang harmonis, keluarga yang sakinah, mawaddah, warohmah. Karena semua itu adalah salah satu sumber ketenangan hati. Harta tidaklah selalu menjamin kebahagiaan seseorang namun kaya hati adalah pasti sumber kebahagiaan. 

#What's on your mind?