Ganbatte kudasai,,!!

Ganbatte kudasai,,!!
Belajar,,Belajar,,

Ahlan Wasahlan..


“Ambillah hikmah dari siapa saja, sebab hikmah itu kadang-kadang diucapkan oleh seseorang yang bukan ahli hikmah. Bukankah ada lemparan yang mengenai sasaran tanpa disengaja?” (HR. Al-Askari dari Anas ra dalam kitab Kashful Khafa’ Jilid II, h.62)

Rabu, 11 April 2012

Yang Kita Butuhkan sebenarnya adalah Kaya Hati


"Ya, Allah, Ma, kalau bisa kayak gini setiap hari nikmat sekali hidup ini. Bisa kumpul bareng sama anak-anak, belajar membaca al-Quran bareng-bareng. Ini nikmat yang paling nikmat wes..." Kata sang suami selepas sholat maghrib. 
"Mama juga seneng ayah bisa kumpul keluarga hari ini" kata sang istri sambil tersenyum dan melanjutkan mengajari dua puteranya membaca al-Quran

Setiap hari sang suami yang berprofesi sebagai arsitek harus terjun ke lapangan untuk mengerjakan berbagai proyek. Rutinitasnya bangun pagi-pagi buta pulang malam bahkan hampir pagi sehingga sangat sedikit waktu untuk bisa bercengkrama dengan keluarga. 
Selang beberapa waktu kemudian telepon berdering ternyata telepon dari teman ayah.
Ayah : Assalamualaikum
Teman Ayah: Wa'alaikumussalam. Pak, jenengan sedang dimana?
Ayah : saya lagi di rumah, Pak
Teman ayah: heh? enaknya lagi di rumah. Suara siapa itu? suara anak-anak ya?
Ayah: Iya, suara anak-anak lagi ngaji.
Teman Ayah: subhanallah, enak bener! Saya lagi di kota X sedang ada bisnis. Aduh, Pak, westalah, nikmat yang paling nikmat itu bisa kumpul sama keluarga. Saya jarang bisa kumpul sama keluarga.

Lain cerita....
Ada pasangan suami istri yang berasal dari keluarga kaya raya. Mereka termasuk pengusaha rokok terbesar di Kota Malang. Namun jalan kehidupannya tidak semulus ketika mengumpulkan harta. Karena ada konflik dalam keluarga suami istri ini harus bercerai dan hak asuh anak jatuh ke istri. Jadilah si suami ini hidup sendiri. Selang beberapa waktu kemudian bapak ini memutuskan menikah dengan wanita cantik keturunan pedagang emas terbesar di kota XXX. Ternyata perjalanan rumah tangganya juga tidak berjalan mulus. Sang istri yang semula dikenalnya sebagai muslimah sholihah dan berjilbab pelan-pelan menunjukkan keasliannya. Memang benar, ketika keluar rumah, istrinya memakai jilbab dengan anggunnya, tak tahunya ketika sudah berkumpul dengan teman-temannya untuk shopping di mall istrinya memakai hotpants (bener g sih tulisannya gini?) dan tank top. Tak cukup sampai di situ, ternyata istrinya juga suka mabuk-mabukkan. Na'udzubillah min dzalik. Selain itu orang tua  istrinya juga berusaha memisahkan mereka karena bapak itu sudah tak sekaya dulu lagi. Bapak itu berjanji akan menceraikan istrinya jika dua anaknya menjadi hak asuhnya, namun sebenarnya dalam hati kecilnya dia masih berusaha mempertahankan rumah tangganya. Parahnya juga, sang istri lebih memilih menurut orang tua karena orang tuanya lebih kaya dari suaminya. Pupus sudah harapan bapak itu untuk membangun rumah tangga yang diidam-idamkan selama ini. Dia ingin sekali bisa bertemu dengan anak dari istri pertamanya namun dihalang-halangi oleh keluarganya dan sekarang dia harus bercerai lagi dengan istri keduanya. Lagi-lagi karena masalah harta!

Jika kita mau merenungkan, apakah sih kebahagiaan itu? Berharta banyak kah? memiliki perusahaan besar kah? atau memiliki kendaraan mewah kah?
Ternyata TIDAK. Kebahagiaan adalah ketika hati kita merasa tentram, nyaman, dan merasa cukup. Dari dua cerita itu sudah cukup menggambarkan bahwa setiap diri kita, menginginkan keluarga yang harmonis, keluarga yang sakinah, mawaddah, warohmah. Karena semua itu adalah salah satu sumber ketenangan hati. Harta tidaklah selalu menjamin kebahagiaan seseorang namun kaya hati adalah pasti sumber kebahagiaan. 

#What's on your mind?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Alhamdulillah ada yang menasihati,,,