Ada apa,
Ra? Mengapa kulihat kembali gurat pedih itu di wajahmu? Lalu seperti aliran
sungai yang menderas, matamu pun bercerita pada mataku…
Ah,
aku juga jadi tak mengerti. Mengapa suamimu masih menyimpan nomor telpon
perempuan itu? Saat secara tak sengaja kau temukan sms-sms mesra itu di ponsel
suamimu, naluri sebagai istri membuatmu hafal nomor ponsel perempuan itu.
Beberapa
waktu lalu, suamimu memang telah meminta maaf, bahkan menangis mencium tanganmu
berkali-kali. Suamimu juga berkata, ia telah menghapus semua tentang perempuan
tersebut, termasuk nomor ponselnya. Ia juga berjanji tak akan lagi membalas
email-email perempuan itu, yang membuat mereka semakin akrab berbulan-bulan.
Tapi apa buktinya? Mana?
Kau
merasa sangat perlu menjaga privasi suamimu. Karena itulah kau tak pernah ingin
mengusik ponselnya, mencari tahu tentang apapun, termasuk hubungan antara
suamimu dan perempuan itu yang kau kira telah tamat. Kau tahu suamimu sudah
sangat menyesal. Hingga suatu saat, entah mengapa perasaanmu begitu tak enak.
Malam
itu kau coba melihat kembali ponsel suamimu. Sebuah sms dari nomor tanpa nama
tak mungkin bisa kau abaikan. Gaya bahasa perempuan itu! Meski tanpa
kata cinta dan sapa mesra, kau tahu: perempuan itu menghubungi suamimu lagi,
dengan nomor baru! Lalu kau catat kembali nomor tersebut. Tak perlu
kertas. Luka telah menjadi pena yang lancar menggores kembali hatimu.
Kau
diam. Hanya diam. Kau layani suamimu sepenuh hati, dengan keriangan yang
terpaksa kau cuatkan dari nestapamu. Namun beberapa hari kemudian, saat suamimu
lengah, kau cari nama yang mencurigakan dalam ponselnya. Mana? Di mana nama
perempuan itu? Apakah suamimu sudi menyimpan nomor itu kembali?Kau terhenyak.
Tak ada! Kau telusuri satu persatu nama dan kau cocokkan dengan nomor ponsel
perempuan itu yang kau hafal sampai ke jantungmu. Kau terkejut! Sejak kapan suamimu
mulai fasih (kembali) berbohong? Tiba-tiba kau merasa tak pernah mengenal
suamimu sebelumnya. Sebuah nama lelaki yang mencurigakan dengan nomor ponsel
yang terus menghantuimu, tertera jelas di sana!
“Supaya
suamiku tidak tahu, aku selalu pakai nama perempuan untuk selingkuhanku lho,”
terngiang perkataan centil teman perempuan sekantormu. “Jadi dia tidak mengira
sama sekali bahwa Susi itu adalah Mas X,” tutur temanmu lagi. “Kadang namanya
aku ubah sesukaku: Maryam, Imel, jenifer, Aisyah,” katanya cekikikan.
Kau
beristighfar. Apakah itu juga yang dilakukan lelaki tercintamu?
Kau
tak pernah membayangkan, suamimu tega menggali kembali luka yang ingin kau,
yang ingin kalian lupakan atas nama cinta...dan kau masih bertanya-tanya
sendiri, "Benarkah? sengajakah sang tercinta? Tak sengajakah? Apa yang
sebenarnya terjadi?"
Terbersit
di pikiranmu untuk bertanya pada suamimu: mengapa? Tapi ada batu menindih
lidahmu. Bukankah suamimu "hanya" menyimpan nomor telpon perempuan
itu? Itu tak lantas berarti mereka menjalin hubungan istimewa lagi bukan? Namun
mengapa harus nama pria yang tertera di ponselnya? Mengapa sang tercinta tak
jujur saja menyimpan nama dan ponsel perempuan itu sebagai teman, dan ia
katakan padamu?
Kini
semua nomor perempuan itu ada dalam genggamanmu. Dan kau belum memutuskan apa
pun. Hanya luka menjelma pena tajam tak berhenti menulis kembali semua angka
dalam batinmu, diiringi airmata….
Andai
aku bisa sekadar membantumu, Ra….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Alhamdulillah ada yang menasihati,,,