Ganbatte kudasai,,!!

Ganbatte kudasai,,!!
Belajar,,Belajar,,

Ahlan Wasahlan..


“Ambillah hikmah dari siapa saja, sebab hikmah itu kadang-kadang diucapkan oleh seseorang yang bukan ahli hikmah. Bukankah ada lemparan yang mengenai sasaran tanpa disengaja?” (HR. Al-Askari dari Anas ra dalam kitab Kashful Khafa’ Jilid II, h.62)

Jumat, 10 Februari 2012

Saat Dia Berpaling (2)


Ada apa, Ra? Mengapa kulihat kembali gurat pedih itu di wajahmu? Lalu seperti aliran sungai yang menderas, matamu pun bercerita pada mataku…
Ah, aku juga jadi tak mengerti. Mengapa suamimu masih menyimpan nomor telpon perempuan itu? Saat secara tak sengaja kau temukan sms-sms mesra itu di ponsel suamimu, naluri sebagai istri membuatmu hafal nomor ponsel perempuan itu.
Beberapa waktu lalu, suamimu memang telah meminta maaf, bahkan menangis mencium tanganmu berkali-kali. Suamimu juga berkata, ia telah menghapus semua tentang perempuan tersebut, termasuk nomor ponselnya. Ia juga berjanji tak akan lagi membalas email-email perempuan itu, yang membuat mereka semakin akrab berbulan-bulan. Tapi apa buktinya? Mana?
Kau merasa sangat perlu menjaga privasi suamimu. Karena itulah kau tak pernah ingin mengusik ponselnya, mencari tahu tentang apapun, termasuk hubungan antara suamimu dan perempuan itu yang kau kira telah tamat. Kau tahu suamimu sudah sangat menyesal. Hingga suatu saat, entah mengapa perasaanmu begitu tak enak.
Malam itu kau coba melihat kembali ponsel suamimu. Sebuah sms dari nomor tanpa nama tak mungkin bisa kau abaikan. Gaya bahasa perempuan itu! Meski tanpa kata cinta dan sapa mesra, kau tahu: perempuan itu menghubungi suamimu lagi, dengan nomor baru! Lalu kau catat kembali nomor tersebut. Tak perlu kertas. Luka telah menjadi pena yang lancar menggores kembali hatimu.
Kau diam. Hanya diam. Kau layani suamimu sepenuh hati, dengan keriangan yang terpaksa kau cuatkan dari nestapamu. Namun beberapa hari kemudian, saat suamimu lengah, kau cari nama yang mencurigakan dalam ponselnya. Mana? Di mana nama perempuan itu? Apakah suamimu sudi menyimpan nomor itu kembali?Kau terhenyak. Tak ada! Kau telusuri satu persatu nama dan kau cocokkan dengan nomor ponsel perempuan itu yang kau hafal sampai ke jantungmu. Kau terkejut! Sejak kapan suamimu mulai fasih (kembali) berbohong? Tiba-tiba kau merasa tak pernah mengenal suamimu sebelumnya. Sebuah nama lelaki yang mencurigakan dengan nomor ponsel yang terus menghantuimu, tertera jelas di sana!
“Supaya suamiku tidak tahu, aku selalu pakai nama perempuan untuk selingkuhanku lho,” terngiang perkataan centil teman perempuan sekantormu. “Jadi dia tidak mengira sama sekali bahwa Susi itu adalah Mas X,” tutur temanmu lagi. “Kadang namanya aku ubah sesukaku: Maryam, Imel, jenifer, Aisyah,” katanya cekikikan.
Kau beristighfar. Apakah itu juga yang dilakukan lelaki tercintamu?
Kau tak pernah membayangkan, suamimu tega menggali kembali luka yang ingin kau, yang ingin kalian lupakan atas nama cinta...dan kau masih bertanya-tanya sendiri, "Benarkah? sengajakah sang tercinta? Tak sengajakah? Apa yang sebenarnya terjadi?"
Terbersit di pikiranmu untuk bertanya pada suamimu: mengapa? Tapi ada batu menindih lidahmu. Bukankah suamimu "hanya" menyimpan nomor telpon perempuan itu? Itu tak lantas berarti mereka menjalin hubungan istimewa lagi bukan? Namun mengapa harus nama pria yang tertera di ponselnya? Mengapa sang tercinta tak jujur saja menyimpan nama dan ponsel perempuan itu sebagai teman, dan ia katakan padamu?
Kini semua nomor perempuan itu ada dalam genggamanmu. Dan kau belum memutuskan apa pun. Hanya luka menjelma pena tajam tak berhenti menulis kembali semua angka dalam batinmu, diiringi airmata….
Andai aku bisa sekadar membantumu, Ra…. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Alhamdulillah ada yang menasihati,,,